Selasa, 24 Juli 2012

Setia Adalah Pilihan

Malam menyeruap dingin.. menggantikan warna-warna siang menjadi hitam dan putih saat kita berdua menghabiskan waktu sore itu...

"Sayang...menjadi setia itu adalah soal kemauan..." tuturku kepadanya.
"Oh ya ?" sahutnya setengah bertanya.
"Iya... tahukah kau, hari ini aku ketemu perempuan cantik di sebuah toko buku, perempuan yang tak cuman cantik diwajah namun juga mempesona hati, karena untuk beberapa hal seorang kawan menceritakan kepadaku betapa istimewanya dirinya. Lalu tergerak keinginanku untuk mengenalnya, bertegur sapa, bersalaman dengannya, lalu seperti biasa kan dibumbui celotehan khas laki-laki tentang betapa indahnya perempuan jika disamakan dengan bunga lily atau betapa cantiknya bidadari jika benar dia itu adalah dirinya...."
"Namun semua itu tak pernah terjadi, sayang..."
"Lho, kenapa tak terjadi ?" sergahnya tak percaya
"bukankah umum jika lelaki seperti itu ?"
"Tidak..tidak sayang... itu tak kan terjadi, karena ketika aku akan meneruskan keinginanku itu... aku selalu berusaha mengingatmu terlebih dahulu, berusaha menghadirkan bayangmu dibenakku, lalu mengingat semua hal-hal baik tentang dirimu, cintamu, kehangatanmu, dekapanmu, cumbumu, kerinduanmu, kesabaranmu yang luar biasa berikut semua hal yg membuatku jatuh cinta kepadamu"
"Dan itu semua yang selalu membuatku kembali kepadamu sayang.. bukan karena orang lain tidak bisa seperti itu untukku, tetapi karena aku selalu mencoba mensyukuri apa yg kumiliki dari semua yg kudapatkan darimu saat ini"
"Setia bagiku adalah mengingatmu selalu dalam setiap perjalanan hidupku, setia bagiku adalah mensyukuri keberadaanmu, setia bagiku adalah menyadari betapa istimewa dan pentingnya dirimu bagiku, juga karena setia bagiku hanyalah sebuah pilihan"

......................

dan dia pun tersenyum mendengarnya...
untuk kemudian erat memelukku..
seirama senja yg menua dan semakin temaram..


"Cinta sejati adalah kekayaan jiwa yang tak tampak,
meski sesungguhnya kita memiliki"


Sumber : http://masunt.multiply.com/journal/item/14?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
»»  READMORE...

Minggu, 22 Juli 2012

Sometimes and Always

Sometimes and Always
oleh: Wulanai
Sudah hampir berjam-jam aku duduk diatas pohon besar di halaman belakang rumahku. Tidak jelas pohon apa ini. Yang jelas pohon ini ukurannya besar dan sudah ada sejak pertama kali aku tinggal dirumah ini. aku memainkan harmonika pemberian nenek kemarin asal-asalan. Soalnya aku tidak tau cara memainkkanya. Dan aku heran kenapa nenek memberikannya pada ku.


''Rey! ayo turun! Disuruh sama ibumu! Soalnya udah sore!''
Aku menengok kebawah. Oh ternyata Sarah. Sepupuku yang setiap liburan musim panas, pasti akan berkunjung kemari. Dia pergi kemari bersama ibunya.
''hah??'' ucapku pura2 tak dengar. ''turuuuuunn!!'' teriaknnya terdengar kesal. Aku terkikik geli. ''aku tidak bisa mendengarmu, sarah! Suara mu kecil sekali!''
''Turunnnnnnn!! kamu tuli ya?!''
''hah? Guruuunn??''
''Rey!!!''
''hahahaha iya iya'' aku turun dari pohon sambil tertawa-tawa. Saat kakiku sudah menginjak tanah, Sarah mencubit lenganku kuat. Aku berteriak kesakitan. ''Rasain!'' ucapnya jutek.
''aku tuh capek tau manggil kamu, teriak-teriak kaya orang gila, tapi kamu malah pura2 ga dengar!''. Sarah ngerocos.
 ''Terussss????'' ucapku gak peduli sambil berjalan memasuki rumah. Sarah mendengus kesal lalu ia mengekorku dibelakang.
Dan tiba-tiba saja ide busukku kembali muncul. Aku mempercepat langkahku ke arah pintu belakang. Dan setelah sampai diambang pintu, aku malambaikan tanganku ke arah Sarah. kemudian aku menutup pintunya, lalu menguncinya.
''REEEYYY!!''
aku tersenyum penuh kemenangan.


****
Rey sialan. Aku terpaksa masuk kedalam melewati pintu depan. Kenapa sih dia selalu saja menjahiliku setiap aku datang kemari. Tingkahnya Tidak pernah berubah. Masih saja kaya anak kecil padahal umurnya kan sudah 16 tahun.

Saat aku masuk kedalam rumah, aku melihat dia sedang merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memejamkan matanya. Karena masih kesal, aku mendatanginya diam-diam lalu menjewer telinganya.
tapi belum sempat aku menjewer telinganya, dia sudah menepis tanganku duluan.

''walaupun mataku tertutup, aku bisa membaca gerak gerikmu'' ucapnya sambil tersenyum sinis. Bagaimana dia bisa tau? Aku benar2 kesal dibuatnya. lalu akupun ikut2 merebahkan tubuhku disebelahnya. ''kau menyebalkan!''

Dia terkekeh geli. ''kau mengesankan. Mengesankan untuk dijahili..'' aku mencubit perutnya lalu beranjak pergi kedalam kamar. Meninggalkan si anak menyebalkan itu mengumpat-ngumpat kesakitan sendirian.

****

Keesokan paginya, aku terbangun karena Sarah menyiramiku dengan air. Aku kaget dan langsung marah-marah karena kesal. katanya Sarah lelah membangunkanku tapi aku tidak bangun-bangun.
''ngapain sih dibangunin?!'' tanyaku kesal
''ibu kamu suruh!''
''ibu kamu suruh''aku membeo.''selalu saja begitu! Kenapa coba mesti pake air?! Liat, kasurnya jadi ikutan basah, kan?''
''aku udah-
''ah terserah. Keluar aja deh kamu!''
Aku mengusirnya. Lalu Sarahpun keluar dari kamarku diakhir dengan bantingan pintu yg cukup keras. Aku menutup mukaku dengan bantal.


Selesai mandi, aku keluar dari kamar berjalan menuju ruang makan. Tidak ada siapa-siapa disana. Bahkan diseluruh penjuru rumah ini pun tidak ada orang. Yang ada hanya kucing persiaanya ibu sedang tergolek malas di atas sofa ruang tengah.
Tidak tahu mau ngapain, aku pun pergi kehalaman belakang rumah. Memanjat pohon besar kesayangnku, dan duduk diatas dahannya yang kokoh.
Tapi saat hampir saja aku ingin duduk didahannya, aku terkejut melihat sarah ada disana.
''heh! Ngapain kamu disini?''. Sarah menoleh. ''eh ng... aku penasaran kenapa kamu suka duduk disini. Makanya aku coba manjat, Dan ternyata menyenangkan ya!'' ucapnya kaku.
lalu aku naik, dan duduk disebelahnya.
''maaf ya yang tadi pagi...''
Aku melihat kearahnya. Wajahnya tertunduk dalam. ''soalnya kamu gak bangun-bangun sih...'' lanjutnya sambil sesekali melirikku. Aku tidak bicara. Hanya diam memandanginya saja.
Sarah salah tingkah.
''ngomong dong Rey.. Jangan diliatin aja''ucapnya terdengar seperti bisikan diakhir kalimat. Aku terkekeh. Lucu sekali. Baiklah, kali ini aku berniat untuk menggodanya.
Aku menggeser tubuhku agar lebih dekat dengannya.
''baik..aku memaafkanmu.. Tapi sebagai gantinya, aku meminta sebuah.......ciuman''
Aku mendekatkan wajahku kearahnya. Sepertinya dia kaget setengah mati. Wajanya memerah seketika. semakin dekat dekat dan semakin dekat. Sarah makin salah tingkah. Mau menghindarpun kepalanya sudah mentok di batang pohon. Sebisa mungkin aku menahan agar aku tidak tertawa. Dan akhirnya saat benar2 sudah terlalu dekat.......................................fuh! Aku meniup wajahnya. Lalu menjauhkan diriku dan tertawa terbahak bahak. Mulut Sarah menganga lebar. ''kena kau! Ha ha ha''

****

Aku malu setengah mati. Aku kira dia benar-benar akan menciumku. aku mengumpat pelan dan menutup wajahku dengan kedua tangan.
''sudah jangan malu begitu...hahaha'' Katanya masih tertawa-tawa. Aku merasakan tangannya mengacak-ngacak rambutku. Langsung saja ku menepisnya.
''kau benar2 menyebalkan!!''aku berteriak kesal lalu memuku-mukul lengannya sekuat yang aku bisa. Entah kenapa aku kesal sekali dengannya.
Aku kesal karena dia menjahiliku sampai sebegitunya. Aku sampai ingin meanangis rasanya.
''sudah!'' Rey berhasil menahan tanganku. ''Sakit tau! Mukulnya kira-kira dong''
aku memasang muka jutek. Lalu berusaha menarik tanganku yang ditahan olehnya. Tapi dia menahannya terlalu erat.
''kayanya marah banget. Minta dicium beneran nih?'' Rey tersenyum jahil, sambil menaikkan kedua alisnya. pertanyaan yang berhasil bikin jantungku serasa mau copot.
''a..a..apa?!'' ucapku terbata-bata. ''eng...engak!''
''hayoo ngaku...''. Rey terkikik geli.
''Enggak kok!''
''Bener.....'' Rey medekatkan wajahnya lagi ke arahku. Aku gelagapan. ''R...rey...''
Rey semakin mendekatkan wajahnya ke arah ku. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya. Semakin dekat dan semakin dekat. Aku memejamkan mataku erat2. Kenapa aku tidak menolakanya? Aku tidak tau! Lalu.....................cup. Rey mencium...keningku?
Aku membuka mataku dan melihat Rey yang jarak wajahnya sangat dekat denganku, dia tersenyum manis sekali. ''Selesai... Jangan marah lagi yaa...'' katanya sambil melepaskan tanganku yang sedari tadi digenggamnya. Lalu bergegas turun meninggalkanku sendirian disini.

Sejak kejadian itu, setiap saat aku jadi memikirkannya. Terkadang aku bahkan sampai tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Terkadang aku juga suka mencuri-curi pandang ke arah Rey. Dan merasa sangat membosankan jika Rey sedang tidak ada di rumah.

Dan.... Sejak kejadian itu Rey berubah. Rey tidak suka menjahiliku lagi. Rey jadi sering tidak ada dirumah. Jika berpas-pasan denganku dia hanya sekedar menyapaku dengan wajah sok cerianya itu. Dia tidak mengajakku berbicara. hari berganti hari Rey tidak kunjung berubah seperti dulu. Aku mulai merindukannya. Merindukkan kejahilannya. Aku tidak tahu kenapa aku merindukannya. Kenapa aku lebih memilih dia menjahiliku dari pada tidak peduli denganku. Padahal dulu-nya aku sangat ingin dia berhenti mengangguku setiap aku pergi berlibur kemari. Besok aku akan pulang. Soalnya liburan musim panas akan berakhir. Dan kami akan kembali masuk sekolah. Untuk pertama kalinya aku merasakan musim panas kali ini terlalu singkat.

***
Aku menarik koperku berjalan keluar rumah. Berjalan mendekati ibuku, ibu Rey dan Rey yang sudah menungguku dari tadi didepan gerbang.

''baiklah... Taksi yang akan mengantarkan kita ke stasiun kereta sudah sampai... Kami pamit dulu ya'' ucap ibuku sambil berpelukan dengan ibunya Rey. Lalu ibuku memeluk Rey. Dan aku memeluk ibunya Rey. Setelah itu, ibuku berjalan masuk kedalam taksi. Dan sekarang aku sedang berhadap-hadapan dengan Rey. Rey memelukku. Aku membalasnya. Tapi terlalu singkat. Soalnya Rey langsung melepaskannya. ''sampai jumpa diliburan musim panas berikutnya'' katanya lembut. Aku tersenyum tipis. Lalu merogoh saku celanaku dan memberikannya selembar kertas yang terlipat dua. Rey menerimanya ragu-ragu dan akupun beranjak masuk kedalam taksi. Setelah taksi berjalan pergi, sampai aku didalam kereta api dan sampai aku kembali kerumahku, yang aku fikirkan nya bagaimana reaksi Rey ketika ia sudah membaca surat itu?

***
''aku pulang!!''. Aku mengusap-usap kedua telapak tanganku karena kedinginan. Musim Dingin kali ini serasa lebih dingin dari pada musim dingin sebelumnya.
aku berjalan menuju ruang tengah dan mendapati.......
''Rey???''
''hai sayang, kau sudah pulang? Lihat siapa yg datang, Rey berkunjung kerumah kita'' ucap ibu senang. ''tapi sayang ibunya tidak bisa datang''
''oh baiklah, karena kau sudah pulang, kau saja yang menemani Rey. ibu mau pergi soalnya ada arisan. Ibu pergi dulu ya..''
Lalu ibuku pergi meninggalkan aku dan Rey dalam keheningan. Lama aku hanya berdiri, akhirnya aku memutuskan untuk duduk dihadapannya. ''hai'' sapaku canggung. Dia tersenyum
''Well, aku udah baca suratnya.. Maaf, dan teruma kasih..''ucapnya. Dan aku tidak mengerti.
''oh begitu... Apa kabar?''ucapku mengalihkan pembicaraan.
''tidak terlalu baik. kamu?''
''kenapa? Aku baik''
Lama rey hanya diam. Lalu dia berkata pelan ''karena kau tidak ada dirumah..''
''apa?''
''karena kau...ng...aku merindukanmu..'' mendengar itu Aku hampir saja mati kena serangan jatung.
''kau sedang bercanda kan? aku tau itu. Itu kebiasaanmu'' kataku pura-pura tenang.
''kali ini aku serius!''
''lalu kenapa....''
''karena waktu itu aku sedang kacau. Sejak kejadian itu, Aneh rasanya jika aku dekat2 denganmu..''
''aneh?''
''ya..''
Lalu kehingan kembali menghantui kami. Lama sekali.
Tiba2 saja Rey, menggenggam tanganku. Aku menatap kearahnya kaget.
''I love you Sarah. I keep asking my self why it has to be you. it needs a long time to know that you the most beautiful thing in my life''
''maaf kalo kamarin-kemarin aku hanya diam gak ngomong apa-apa sama kamu. Itu karena aku cuman terlalu takut..''
aku merasa mataku mulai terasa panas.
''kamu gak lagi becanda kan?'' ucpku hampir manangis sangking senangnya.
Rey tertawa. Lalu menggeleng mantap. bangkit dari duduknya. Berjalan ke arahku dan memelukku erat.
''I love you too'' ucapku didalam pelukannya.
''haha aku tau.. kan kamu udah tulis di surat..''
Aku mempererat pelukanku. Menghirup aroma rey dalam-dalam. Melepas kerinduan yang Sudah terpendam lama. Kau dan aku selamanya...

The END




»»  READMORE...

Gabriel : Mencintaimu Cukup Bagiku

Gabriel : Mencintaimu Cukup Bagiku
Cerpen Romantis Sedih

Biarkan aku menatap lirih
Setiap keping kenanganku yang telah retak
Biarkan aku tetap mendengar
Bisu kata dari semua yang pernah terucap
Izinkan aku kembali melangkah
Sebelum lembar masa lalu berhasil menjamah
Akanku hirup udara yang menyesakkan
Walau nyata, tak dapat ku genggam angin
Sempatkan aku untuk tertunduk
Menyentuh kembali sakit yang terindah

“Gabriel.. ayo!!.”

Waktunya tiba, perempuan paruh baya itu sudah memanggilku. Aku tak punya alasan lagi untuk berkata ‘tidak’.

Kupandangi pintu lobi itu, entah untuk yang keberapa kali. Disana ada seorang penjaga, masih dengan kesibukan yang sama.

Perempuan paruh baya yang memanggilku tadi – yang tak lain adalah ibuku- ia mengecek barang-barang. Ia menenteng satu koper besar, bersiap menggeretnya.

“iel, kamu bawa yang ini!!.” Perintahnya. Ia menyisakan sebuah tas besar penuh isi. Aku tak tahu apa isinya. Bukankah sejak awal aku tak tahu barang apa saja yang kami bawa. Mm.. bukan kami, dia tepatnya. Ibuku. Aku tak sedikitpun andil dalam mengemasi barang-barang, karena sejak awal pula, aku enggan pergi. Aku meraih tas besar yang dimaksud sebelum ibuku berteriak lagi. Suara yang berusaha keras untuk kuabaikan.
Sudah kubilang padanya tak perlu membawa barang banyak-banyak. Tapi tetap saja, ia yang menang, apalagi alasan yang sungguh masuk akal. Kami akan pergi dan takkan kembali. Jadi wajar bukan jika membawa seluruh barang yang ada. Bagiku tetap saja berlebihan.

“jangan sampai ada yang tertinggal!! Itu, koper kecil itu dibawa sekalian yel!. Isinya surat-surat sekolah kamu.” Ujarnya lagi.

“ayoo!.” Ia sudah melangkah lebih dulu.

Sekali lagi, aku menatap pintu lobi, berharap disana ada seorang gadis berdebat dengan petugas penjaga karena memaksa masuk seperti di film-film.

Tapi mataku tak melihat apa-apa. Aku bahkan bisa menyebut tak melihat siapapun. Karna tak ada yang ingin kulihat saat ini kecuali gadis itu.

“Gabriel….” Erang ibuku. Ia sudah berjarak 7 meter dariku. Aku bisa melihatnya kesal. Bisa saja ia kembali kesini dan menjewer salah satu telingaku agar aku ikut berjalan dengannya. Tapi ia tak mungkin melakukan itu, umurku 18 tahun. Apalagi kami sedang di bandara. Dan satu lagi kenapa ia tidak akan meluapkan kekesalannya dalam bentuk lain, karna toh aku sudah mau ikut pergi. Pergi meninggalkan kota ini. Negara ini dan gadis itu. Gadis yang bukan gadisku.

Aku mengecek sekitaran tempat duduk. Sebenarnya aku juga tidak begitu peduli kalaupun ada yang tertinggal. Aku hanya sedang tidak ingin menambah situasi menjadi rumit.

“gabriel, ayo! Nanti kita ketinggalan pesawat.” Ocehnya lagi.

Aku menatapnya pasrah. Tak tega juga terus-terusan membuatnya mengomel begitu.

Okkey,, aku pergi. Selamat bu, karena sekarang aku berada penuh dalam kendalimu.

Aku melangkahkan kaki menuju dimana ibuku berdiri namun belum sempat aku sampai padanya, ia sudah berjalan lagi. Sepertinya ia tak tahan lagi menunggu langkahku. Yang penting dalam penglihatannya aku sudah mau berjalan. Langkahku terasa berat. Ada rantai dengan bola besi yang mengikat kakiku. Dan benda-benda itu tak kasat mata.

Melihat reaksinya, aku hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Kepalaku tertunduk seolah merasakan aku telah kalah. Membuat ubin-ubin penyusun lantai ruangan ini terlihat jelas oleh mataku.

Aku juga bisa menangkap kedua tanganku yang menenteng tas besar disebelah kanan serta koper berukuran sedang disebelah kiri. Pearasaan malasku semakin muncul, rasanya ingin sekali aku berbalik arah kemudian berlari kencang, melempar dua benda ditanganku ini tanpa memperdulikannya dan kabur dari tempat ini. Tapi tidak, aku tak melakukannya. Jika setahun bahkan seminggu yang lalu aku masih punya alasan untuk menolak ajakannya bahkan sekedar menunda bersekolah di pert dan berkumpul lagi dengan ayahku, sekarang aku tidak punya alasan lagi untuk melakukannya. Bahkan semua telah berbalik, mungkin sebaiknya memang aku pergi. Aku ingin pergi. Hmm,.. bukan aku tak ingin, tapi aku harus. Akhh.. entahlah aku sudah tak tahu lagi.

“Gabriel.” Teriak seorang wanita lagi, cukup samar. Tapi aku tahu itu suara wanita.

Aku hampir mengumpat tertahan. Kukira itu ibuku. Tapi sedetik kemudian aku tersadar, itu bukan suara ibuku. Aku mendongak, didepan sana kudapati ibuku masih berjalan, tampaknya ia tak mendengar ada yang menyebut namaku, atau bahkan memanggilku dengan sengaja.

“Gabriel.”

Lagi. Suara itu?

Aku menoleh cepat. Belum sempat aku melempar pandangan, seseorang menubruk tubuhku dan melingkarkan kedua tangannya, memelukku erat. Aku hampir saja jatuh kebelakang, tapi tubuh orang ini tidak cukup untuk merobohkan pertahananku.

Mataku bertemu pada dua buah kornea hitam didepan sana. Ia menatapku tajam, gerahamnya yang kuat seolah berperang dengan kendalinya sendiri. Detik berikutnya matanya berkedip, tatapannya berubah tak setajam tadi. Nafasnya berhembus kasar. Pria itu berdiri seolah memberi jarak. Tentu saja ia menunggu disana dihadapanku dan seseorang yang memelukku ini sekitar 5 meter. Ia membiarkan lalu lalang orang menghalangi pandangannya.

Dengan menghiraukan tatapan pria itu, aku membalas pelukannya. Membiarkan rinduku bersemayam detik ini, dan aku berharap waktu berhenti sekarang juga.

Siapapun, hentikan waktu sekarang juga!!!

Ia membenamkan wajahnya didadaku dan aku membenamkan wajahku dilehernya. Posturku yang lebih tinggi membuatku memaksakan ini. Tak apa. Yang penting aku sangat nyaman.

Biarkan saja orang-orang melihatku dengan tatapan aneh termasuk pria itu. Biarkan saja, ibuku mengomel lagi karna aku tak kunjung menyusulnya. Biarkan saja detak jantungku beradu dengan aliran darahku yang deras. Biarkan saja keringatku mengucur karna rasa gugupku yang terlalu hebat. Dan kumohon biarkan saja, gadis ini tetap memelukku seperti ini.
***


“vi, buruaann!!!.” Teriakku didepan gerbang rumah.

“iya..” jawabnya.

Sivia masih sibuk mengikat tali sepatunya diteras rumah. Sedangkan aku sudah gelisah menunggunya sambil sesekali melirik kearah matahari.

Aku memang tidak suka memakai jam tangan dan dengan melihat bagaimana cahaya matahari saja aku sudah tahu jam berapa sekarang. Sivia berlari keluar gerbang rumahnya yang berjarak 3 langkah saja dari tempatku berdiri. Rumah kami memang bersebelahan tanpa penghalang apapun. Kecuali tembok tentunya.

“ayook!!.” Aku menggamit lengannya.

Kami mengambil langkah lebar menuju halte depan gapura kompleks. Aku masih menggandeng sivia, gadis ini akan semakin tertinggal kalau kulepaskan.

“aduh iyel, kaki kamu panjang banget sih? Aku jadi lari-lari nih.” Eluh sivia. Ia tertinggal satu langkah dariku.

“kalo ga gini nanti kita ketinggalan bis yang biasanya. Nah itu dia bisnya.” Ucapku.

Aku melihat bis itu berhenti di halte. Beberapa anak berseragam smp maupun sma naik, dua orang berseragam rapi akan ke kantor juga ikut naik. Bis itu nampak akan segera berangkat lagi. Sialnya kami belum sampai di gapura apalagi menyebrang ke halte itu.

“ ayo vi!.” Ajakku.

Kini kami tidak berjalan lagi. Aku berlari dan sivia, ia semakin berlari ketika menyadari bis itu akan segera meninggalkan kami.


“tunggu paakk!!.” Teriakku keras.

Aku berharap sopir itu mendengarnya. Atau kalau tidak, kondekturnya, atau beberapa penumpanglah minimal.

“pak stop pak.” Teriak sivia kali ini.kami masih berlari mengejar bis itu yang mulai berjalan lagi. Sivia dan aku sudah berhasil menyebrang, sayangnya bis itu sudah berjalan ketika kami sampai di halte.

Aku menambah kecepatan berlari, tanpa sadar tanganku masih menggandeng sivia. Gadis itu bersusah payah mengikuti kecepatan lariku. Cara berlarinya membuatnya mulai kehilangan keseimbangan.

Buuggg..

Tanganku tertarik kebawah. Aku hampir saja terjatuh karena itu. Ketika aku menoleh, sivia sudah tersungkur dijalan aspal.

“sivia..” pekikku menyadari gadis ini terjatuh.

Posisinya parah sekali untuk dilihat. Apalagi sebelah tangannya yang masih kugenggam membuatnya tak bisa menahan tubuhnya agar tak terbentur aspal.

“aduuhh..” erangnya. Ia duduk diatas aspal yang membuatnya mengerang kesakitan. Lutunya ditekuk, menampakkan sebuah luka lebar menganga disana. Mataku membelalak, darah merah mulai mengalir dari lukanya.

“sakit yel.” Lanjutnya

Aku ikut berjongkok didepannya, awalnya aku bingung harus melakukan apa kecuali, aku membuka resleting tas ranselku. Syukurlah, ada sapu tanganku didalamnya.

“pake ini dulu yah, nanti disekolah aku obatin.” Ucapku meyakinkan.

Sivia mengangguk. Kubalutkan sapu tangan putihku di lututnya. Bercak merah mulai tampak disapu tanganku itu.

“hey.. jadi naek nggak???” teriak seseorang dibalik punggungku. Aku menoleh kaget.

Seorang kondektur berdiri disamping pintu belakang bis yang sedang berhenti. Seorang pria berseragam sekolah berjalan menghampiri.

“jadi pak, tunggu sebentar.” Ucap pria itu sambil terus berjalan kearah kami.

“iel?.” Ucapnya.

“Alvin?.” Ucapku.

“kalian gak pa-pa kan?” tanyanya kemudian setelah menyadari posisi kami yang terduduk dijalanan aspal.

“ayok, keburu bisnya gak mau nunggu.” Ucapnya lagi.

Aku menoleh pada sivia, ia masih meringis kesakitan. Aku bisa melihat sebenarnya ia hampir menangis. Tapi tak jadi, mungkin karna ada orang lain disini sekarang.

“masih bisa kan vi?.” Tanya ku

Sivia mengangguk pasrah. Aku membantunya berdiri dan memapahnya menuju bis yang sopirnya sudah menekan klakson berkali-kali serta beberapa penumpang yang menunggu kami tak sabar.

Bis ini cukup penuh, sudah tak ada tempat duduk yang tersisa. Bahkan sudah ada beberapa orang yang berdiri saat kami naik. Aku menatap sivia prihatin, peluh keluar dari dahi serta bagian kulit wajahnya yang halus. Sementara kakinya, ia pasti sangat kesakitan jika terus berdiri. Bagaimana mungkin aku tega melihatnya begini?

Tiba-tiba alvin melepas ransel dari punggungnya lalu meletakkannya dilantai bis. Ia menepuk-nepuk ranselnya lalu memandang kearah sivia. Ia berjongkok didepan kami. Keningku mengerut melihatnya.
Kami masih berada didekat pintu belakang. Sivia tak sanggup berjalan lagi untuk sekedar masuk ketengah-tengah bis.

“duduk disini, isinya cuma buku aja kok.” Ucapnya yakin sedikit mendongak. Aku melongo cukup kaget atas perilakunya. Aku bahkan tak sampai berfikiran seperti itu. sivia menoleh kearahku ragu, aku mau tak mau mengangguk. Aku tak ingin membiarkannya semakin tersiksa dengan berdiri dalam keadaan lutut yang luka.

Aku sempat merutuki diriku sendiri kenapa tak bisa berfikir sekreatif alvin. Tapi sudahlah yang terpenting sivia bisa duduk sekarang yah meskipun akan terlihat seperti dilantai bis. Aku berjongkok disampingnya.

Hampir semua pandangan penumpang mengarah pada kami bertiga.

“thanks ya vin.” Ucapku. Alvin mengangguk saja menimpali.

“oh ya vi, kenalin ini alvin temen smpku dulu.” Ucapku. Sivia memandang alvin lama, alvin menunjukkan senyumnya.

“alvin.” Ucap temanku itu sambil menyodorkan telapaknya.

“sivia.” Ucap gadis ini menyambut jabatan tangan alvin.

“makasih ya.” Tambah sivia.

Alvin mengangguk seraya tersenyum lagi. Jabatan tangan itu masih terjadi. Entah kenapa tiba-tiba saja hatiku terasa sangat perih. Aku seperti merasa akan kehilangan.

Sejak pertemuan di bis itu, sivia dan alvin semakin dekat. Awalnya aku tak mempermasalahkan hal itu. Aku cukup tau Alvin. Tiga tahun aku duduk sebangku dengan pria itu. Ia pria yang baik. Tapi aku sadar kedekatan mereka lebih. Bahkan hingga hari ketujuh setelah perkenalan mereka, aku tak tahu sedekat apalagi mereka. Aku sering melihat Alvin datang kemari, kerumah sebelah, tepatnya rumah sivia. Aku juga sempat melihat Alvin mengantar sivia pulang kemarin.

Sivia mulai agak menjauh dariku. Mm..bukan. tapi jarak kami yang sedikit mulai menjauh. Aku memang masih berangkat bersamanya, tapi didalam bis, selalu sudah ada Alvin dan saat itulah aku seperti sulit untuk masuk dalam dunia sivia, dunia mereka. Keduanya sering tak sadar, aku berada didalam bis yang sama dengan mereka.

Entah sejak kapan alvin jadi suka naik bis, karna seingatku dulu ia tak suka naik transportasi umum. Mungkin hari itu kebetulan alvin terpaksa naik bus dan mulai hari itu pula ia selalu naik bus hingga kami selalu bertemu. Tepatnya sivia dan alvin selalu bertemu. Aku tahu aku sudah merasakan rasa yang tak wajar. Perasaan yang tak baik untuk tetap ada. Aku merasakan iri melihat kedekatan mereka, aku merasa sakit hati melihat mereka berdua mengobrol, bercanda, tertawa bahkan alvin pernah menolong sivia yang hampir jatuh dari pintu bis yang belum sepernuhnya berhenti.

Aku merasa posisiku dulu sudah tergantikan. Seperti saat ini, aku hendak mengajaknya pergi, dan kalian tahu sivia berkata apa? Gadis itu berkata...

“hey vi. Mm... aku ada tanding futsal nih, kamu nonton yah?. Emm masih sparring aja sih sebenernya, tapi kamu mau nonton kan?” tanyaku

Ia berpakaian cukup rapi. Semoga saja ini waktu yang tepat untuk mengajaknya pergi agar kedekatan kami yang sempat merenggang selama seminggu ini bisa kembali seperti dulu.

“mm… sorry yel, tapi aku ada janji mau nonton pertandingan basket Alvin. Kamu cuma sparring kan? Lain kali aja yah, kalo kamu tanding beneran aku bakal nonton kok. Ga pa-pa yah?.” Sivia menatapku tak enak hati.

Begitulah jawaban ia menolak ajakanku. Sesungguhnya aku lebih memilih dia berbohong saja daripada berkata jujur begini. Sakit sekali rasanya mendengar ia akan pergi menonton pertandingan basket Alvin, orang yang baru dikenalnya sekitar seminggu ini daripada pertandinganku sahabatnya sejak tiga tahun lalu.
“ngg.. yauda ga pa-apa kok.” Ucapku tak ikhlas.

Mungkin benar istilah orang-orang yg berkata
Dibalik “cie” ada kecemburuan
Dibalik “gpp” ada masalah
Dibalij “terserah” ada keinginan
Dan dibalik “yaudah” ada kekecewaan. Benar!! aku tengah kecewa sekarang.

“oke.. bye iyel.” Pamitnya

Aku memandang punggungnya bergerak melewati gerbang. Ternyata itu alasan ia berpakaian rapi sore ini. Dengan sadar aku berjalan kembali memasuki rumah.

“loh kenapa balik yel?.” Tanya ibuku.

“gak jadi pegi ma.” Ucapku malas.

Aku duduk disofa ruang tengah, melempar asal tas berisi perlengkapan futsalku.

“kok gitu, katanya mau tanding?.” Tanya beliau lagi.

“pertandingannya gak penting kok.” Ucapku berusaha santai.

Aku bisa melihat kening ibuku mengerut. Seolah berfikir aneh sekali dengan sikapku. Benar saja, aku tak pernah melewatkan satu latihanpun dari futsal, jadi bagaimana mungkin aku bisa dengan santai berkata ‘ pertandingan futsalku tidak penting’ itu sangat aneh menurut beliau pasti. Dan aku tidak memungkirinya.

“trus gimana yel sama tawaran mama tadi? Kamu ikut kan? Sebentar lagi kenaikan kelas loh yel.”

“aku uda bilang berapa kali sih sama mama. Aku gak mau pindah ke australia. Kalo mama mau pergi kesana ya kesana aja!. Iel ga apa-apa kok sendirian.” Jelasku.

Perasaanku semakin bertambah buruk saja sekarang.

“sendirian? Kamu pikir mama mau tinggalin kamu sendirian disini?.”

“mama gak percaya sama aku? Aku bakal baik-baik aja kok. Aku uda gede. Aku tau mana yang baik dan enggak. Lagian disini juga ada...”

“ada siapa? Sivia?” potong ibuku

Ia menatapku tajam. Aku membalas tatapannya enggan.

“sampe kapan kamu mau ngandelin dia? Minta bantuan dia apa-apa kalo mama gak ada? Memangnya dia gak kerepotan apa?.” Tanya ibuku bertubi-tubi.

Benarkah? Apa benar ucapan ibuku? Apa benar aku merepotkan sivia?

Selama ini aku selalu mengandalkannya memang. Ia memasakkan makanan untukku ketika ibu harus pulang malam bekerja. Ia membantuku mmembersihkan rumah yang berantakan ketika aku sibuk bermain futsal. Ia? Benar, mungkin aku memang terlalu merepotkan.

“iel ngerepotin sivia ya ma?” ucapku pelan.

Hari ini, aku tidak berangkat dengan sivia. Aku masih kepikiran ucapan mama, apa benar aku merepotkan gadis itu?.

Aku berangkat agak siang. Aku yakin sivia juga tak akan menungguku, toh didepan sana sudah ada alvin yang siap didalam bis langganan kami. Sudah ada pria yang menjaganya. Tapi apakah aku rela membiarkannya? Menggantikan posisiku menjaga sivia?. Aku bahkan memberinya ruang gerak pagi ini.
Tidak!!!. Pria itu, alvin, ia tak pernah tahu bagaimana aku menjaga gadis itu selama ini. Ia tak pernah tahu bagaimana aku jatuh bangun mengejar sivia. Dan satu hal yang harus dia tau, semua tak akan mudah. aku tidak akan melepas sivia. Aku tak akan melepaskan sivia demi apapun. Kecuali sivia yang memintanya. Gadis itu yang belum menjadi gadisku.

Aku beranjak dari sofa. Aku sudah selesai mengikat tali sepatu sejak tadi sebenarnya, tapi karna fikiran bodohku itu aku jadi melamun saja membiarkan waktu meninggalkanku sendiri tanpa sivia.

Hari ini, tepat dua bulan setelah kejadian dalam bis itu. Hari ini juga pembagian rapor kenaikan kelas. Aku sudah menerima raporku sejak tadi. Setelah itu, Aku menunggu kedatangan sivia ditaman sekolah. Ingin sekali kutunjukkan padanya bahwa raporku semester ini amatlah sangat membanggakan. Aku tak peduli jika ibuku menungguku dirumah, menanti bagaimana hasil belajarku selama ini. Yang terpenting sekarang adalah aku ingin menunjukkannya dulu pada sivia. Dia gadis pertama yang ingin kuberi tahu.

Dulu aku pernah berjanji pada diriku sendiri, aku akan menjadi yang terbaik dikelas. Dan ketika itu bisa terjadi, akan kuungkapkan perasaanku padanya. Akan kunyatakan rasa yang kumiliki ini. Akan kujelaskan betapa ia begitu berharga dalam hidupku. Dan inilah waktunya.

Menunggu sivia membuatku jadi gugup sendiri, jantungku berdegup kencang. Sekalipun aku sudah menghembuskan nafas menenangkan berkali-kali tetap saja tak berhasil. Aku gusar, menantinya dan menanti ucapanku sendiri.

Tak lama gadis itu datang, ia tersenyum. Senyum yang selalu kubayangkan kembali sebelum tertidur saat malam. Ia berjalan tenang, tapi bisa kulihat ia sangat senang sekali. mungkin ia mendapat nilai bagus atau kabar gembira yang lain. Semoga dengan pernyataanku nanti aku bisa menambah bahagianya hari ini.

“hay fy... aku mau ngomong sama kamu.” Ucapku mengawali.

Aku berusaha keras menyembunyikan rasa gugupku. Okeeh aku memang tidak berpengalaman, tapi kuharap aku bisa melakukannya.

“aku juga mau ngomong sama kamu yel.” Ucapnya sangat sumringah. Sungguh dengan mata terpejamkupun aku bisa melihat kebahagiaan terpancar dimatanya.

“oh yaudah kamu duluan deh yang ngomong. Ladies first.” Ucapku sok-sok’an. Sivia tertawa lebar.

“oke, yang pertama nilaiku diatas 85 semua yel. Yeee...” ucapnya semangat. Ia sempat melompat-lompat kegirangan.

“wahh... bagus tuh. Kayaknya aku bakal dapet traktiran deh.” Ucapku berbasa-basi. Ia berhenti melompat.

“eumm.. gak itu aja. Itu masih biasa kok. Mmm kamu tau gak...apa yang bikin aku lebih seneng?.”

Sivia menunjukkan ekspresi paling menggemaskan yang ia punya. Jantungku berdegup semakin cepat. Ya tuhan,, itulah salah satu alasan mengapa aku sangat merindukannya setiap detik. Aku menggeleng pelan.

“alvin nembak aku yel, kita udah jadian tadi pagi. Yee...” ucapnya girang lagi.

DEGG...
Hening. Bukan,, bukan karna sivia tak bersuara lagi, sivia masih lompat kegirangan. Tapi telingaku, telingaku seolah baru saja tersambar petir sehingga membuatnya tak bisa mendengar apapun lagi. Aku sudah tak bisa merasakan apapun lagi. Jantungku berhenti berdetak mungkin. Darahku berhenti mengalir. Nafasku tercekat ditenggorokan.

Mataku tak berkedip. Aku menatapnya nanar. Apa benar yang baru kudengar? Tuhan, silahkan ambil nyawaku sekarang.

“kamu kenapa yel?. Gak seneng yah?.” Ucap sivia sedih menyadari aku yang tak bereaksi apa-apa.

Aku menggeleng lemah. Aku masih bertahan dengan sisa nafas yang belum kuhembuskan sebelum sivia berucap tadi. Kubiarkan saja paru-paruku tak terisi oksigen. Biar, biar aku bisa merasakan sakit pada paru-paruku. Dengan begitu mungkin aku bisa menutupi rasa sakit pada hatiku.

“yel?. Kamu kenapa?. Rapot kamu baguskan?. Kamu naik kelas kan?.”

Aku mengangguk lemah. Sungguh, aku tak bermaksud untuk tak menjawab pertanyaannya. Tapi rasanya suaraku sudah diambil tuhan.

“beneran yel?. Ato Kamu sakit yah? Muka kamu kok tiba-tiba pucet?.”

Mataku menatapnya nanar lagi. Benarkah wajahku berubah pucat. Oh mungkin karna aku baru tersambar petir. Suaraku sudah diambil tuhan. Pendengaranku juga. Mungkin sebentar lagi nafasku. Jadi pantas saja kalau aku pucat.

“aku anter kamu pulang deh ya. Makan-makannya lain kali aja.” Ucapnya.

Kamu benar. Mana mungkin aku bisa makan. Bernafaspun aku sudah tak berniat. Aku mengurung diriku di kamar. Membenamkan wajahku pada tempat tidurku sendiri. Ibuku sempat panic melihatku yang pucat pasi. Setibanya tadi, ia langsung mengecek raporku, barangkali nilai disana yang membuatku begini. Andai aku bisa menjerit, bukan. Bukan itu.

Hari sudah malam, aku bisa melihatnya lewat kaca jendela kamar yang masih terbuka tirainya. Tadi sebelum aku tertidur, aku berifikir sesuatu. Sesuatu yang mungkin terbaik dan membiarkan aku jadi seorang pengecut. tapi aku leih baik jadi pengecut daripada mengusik kebahagiannya.

Aku turun menemui ibuku yang berada diruang tengah. Ia menyambutku hangat. Meski tak tahu apa yang sedang terjadi padaku.

“kamu makan ya nak. Mama ambilin.” Ucapnya.

“iel mau ngomong ma.”

Ibuku berhenti melangkah, mendengar nada suaraku yang serius. Beliau duduk kembali.

“apa?.”

“ma, iel bersedia sekolah di australi.” Ucapku parau. Aku menghembuskan nafas berat. Susah sekali aku mengucapkan itu.

“kenapa?.”

“mama gak perlu tahu alasannya. Yang penting iel mau.” Ucapku

“tapi?. Baiklah kalau begitu. Kapan?.” Wajahnya tak menegang lagi.

“besok? Bisa?.” Tanyaku tak yakin.

“secepat itu?.” Tanya ibuku tak percaya.

Aku mengangguk. Iya lebih cepat lebih baik. Toh aku sudah kalah, sudah saatnya aku pulang. Pulang tanpa dendam akan kekalahanku atau berniat merebut gadis itu. Aku tidak akan melakukannya. Melihat gadis itu tersenyum seperti tadi pagi, sudah cukup untuk meyakinkanku Alvin bisa membuatnya bahagia. Bahkan lebih bahagia daripada saat bersamaku.

“oke. Mama akan telfon papa. Kamu siap-siap yah!.” Perintah beliau.

Aku mengangguk. Dengan berat hati kutinggalkan perempuan paruh baya yang duduk disofa itu. Aku tahu pasti tanda Tanya besar ada diotaknya sekarang. Mungkin pertanyaan macam ini. ‘bagaimana bisa? Ada apa?’ benar. Karna sebelumnya aku selalu menolaknya mentah-mentah.

Tentu saja, untuk apa sekarang aku menolak lagi. Aku sudah tak punya alasan. Aku sudah tak berkewajiban lagi menjaga gadis itu. Gadis itu sudah mempunyai penjaganya sendiri. Bahkan juga penjaga hatinya.


Aku melangkah menuju balkon rumah dengan menenteng sebuah gitar. Menikmati sejenak hembusan angin malam yang mungkin sudah tak kan kurasakan lagi esok ditempat ini. Malass sebenarnya aku bersenandung. Atau sekedar memetik senar-senar gitar ini. Tapi entah aku ingin mempersembahkan sesuatu pada langit kota ini untuk yang terakhir. Aku ingin mencurahkan perasaanku pada bintang malam.

Semula ku tak yakin
Kau lakukan ini padaku
Meski di hati merasa
Kau berubah saat kau mengenal dia
Reff:
Bila cinta tak lagi untukku
Bila hati tak lagi padaku
Mengapa harus dia yang merebut dirimu
Bila aku tak baik untukmu
Dan bila dia bahagia dirimu
Aku kan pergi meski hati tak akan rela
* terkadang ku menyesal
Mengapa ku kenalkan dia padamu
“aku cinta kamu vi. Aku cinta kamu.” Ucapku lirih pada wajah sivia yang terlukis dilangit.

***

“aku udah tau semuanya.” Ucapnya melepas pelukan hangat ini.

Mataku membelalak lebar

Darimana?

“yah.. aku tahu. Alvin yang bilang. Kenapa kamu gak jujur aja sih?.”

Alvin? Kamu tau dari Alvin. Lalu Alvin tau darimana?. Oh aku lupa kalo alvin laki-laki. Ia pasti tahu sekali bagaimana perasaanku padamu sivia. Tapi apa? Sudah tak ada gunanya juga bukan?.

Lagipula, kenapa harus dia yang memberi tahumu vi? Kenapa bukan kamu sendiri yang bisa tau? Tak bisakah kamu membaca mataku? Tak bisakah kamu melihat perlakuanku? Tak bisakah kamu mendengar suara hatiku? Atau setidaknya bertanyalah pada langit dimana aku sempat berkata padanya dan kamu akan mendapat jawabannya?.

“kenapa harus pergi sih yel?. Kamu gak mau yah temenan sama aku lagi gara-gara aku gak bisa bales perasaan kamu?.”

Aku menggeleng keras.

“bukan. Bukan itu. Bisa mencintai kamu aja itu udah cukup buat aku.” Ucapku tersenyum.

“terus?.” Kening sivia mengerut.

“aku harus meneruskan hidupku. Bukan begitu?. Aku tidak ingin mengganggu kalian.”

Sivia sudah memasang wajah tak terima.

“hey, sejak kapan kamu mengganggu?.”

“banyak alasan yang gak bisa aku sebutin vi, aku harus pergi. Aku harap kamu ngerti keputusanku.” Timpalku.

Sivia memasang wajah pasrah lagi. Gadis ini. Ya tuhan andai gadis ini tahu, setiap ekspresi wajahnya itu semakin memunculkan rasa cintaku dan mengeruknya semakin dalam.

Sivia mengangguk mengerti. Aku menghembuskan nafas berat.

“kamu harus raih cita-cita kamu disana. Dan kamu harus janji akan buka hati kamu untuk gadis lain. Hey gadis pert cantik-cantik loh.”

“haha aku suka gadis Indonesia.” Ucapku basa-basi.

“oh disana kan juga banyak pelajar indonesia.” Timpalnya

“janji yah?.” Tagihnya.

Aku berfikir sejenak.

“mm.. okeh.” Ucapku

Dalam hati aku berkata ‘enggak, aku gak janji vi.’

Sivia tersenyum lega. Ia lalu menoleh pada alvin. Alvin tersadar waktunya datang. Ia menghampiri kami.
Dan inilah tiba saatnya waktu kami terbagi lagi. Dimana dunia kami menjadi bertiga lagi setelah sempat beberapa menit lalu aku merasa dunia ini hanya milikku dan sivia. Seperti duniaku sebelum kedatangan alvin dulu.

“jaga sivia ya bro.” Ucapku sok-sok’an

“pasti. Tanpa lo minta.” Ucapnya yakin.

Aku mengangguk paham. Lalu berbalik arah hendak pergi.

“iyel.”panggil alvin.

“gue akan ngejaga sivia sebagaimana lo pernah jaga dia dulu. Thanks ya lo ada disaat garis takdir belum mempertemukan gue sama gadis yang gue cintai.” Ucapnya.

Aku meneguk salivaku lalu mengangguk saja.

“gabriel.” Teriak ibuku lagi. Ia merusak suasana ini.

“aku pergi. Bye” ucapku lalu meninggalkan mereka.

Samar-samar aku mendengar ketika langkahku menjauh.

“kamu memang bukan orang yang aku cintai yel. Tapi kamu special.” Ucap gadis itu, gadis yang pernah kuimpikan jadi gadisku.

* terkadang ku menyesal
Mengapa ku kenalkan dia padamu

END..
»»  READMORE...

Sabtu, 21 Juli 2012

10 Hal sederhana yang di inginkan wanita dari seorang pria

 


Wanita memang makhluk yang sulit ditebak dan terkadang sering membingungkan pria. Tapi sebenarnya wanita tidaklah serumit dan semisterius yang Anda kira, asal tahu saja apa yang benar-benar mereka inginkan.
Berdasarkan poling yang dilakukan oleh Yourtango , ada 10 hal sederhana yang benar-benar wanita inginkan yang mungkin mewakili kebanyakan makhluk hawa tersebut.


1. Penghargaan
Siapa bilang pria saja yang butuh dihargai? Wanita pun ingin opini, karir, hobi, teman, tubuh dan pikirannya dihargai. Jika Anda tidak setuju dengan apa yang dilakukan atau diucapkannya, cobalah menghargainya dan berpikir positif bahwa opininya merupakan kontribusi yang berarti bagi Anda, ketimbang harus menentang terlalu keras atau marah-marah.


2. Seks
Tentu saja wanita menginginkan seks sebagaimana halnya pria. Tapi yang harus diingat, seks yang diinginkan wanita bukan hanya sekedar ‘seks’. Memberikannya sentuhan fisik yang kecil seperti pijatan di bahu, kaki atau kepala pun merupakan salah satu bentuk seks yang menyentuh bagi wanita.


3. Romantisme
Suasana romantis bisa diciptakan dimana saja, tidak harus dengan makan malam atau nonton film romantis di bioskop di luar. Nyalakan beberapa lilin di rumah Anda dan perlakukan wanita seperti layaknya pacar yang benar-benar Anda idamkan, bahkan jika sudah menjadi istri sekalipun.
Kencan di rumah, seks di mobil, berciuman seperti pertama kali kencan, dan semua hal yang membuat Anda jatuh cinta padanya tidak harus berhenti ketika Anda sudah menikah dan memiliki tugas lain seperti membersihkan rumah dan mengurus anak. Memberikan bunga pada pasangan tanpa sebab merupakan satu ide romantis yang patut dicoba.


4. Waktu
Mengutarakan cinta memang bisa melalui bunga, tapi memberikan waktu luang untuk bersama dan memperlakukan wanita sebagai proritas jauh lebih mewakili rasa cinta ketimbang memberikan barang apapun.
Hal ini juga termasuk membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga jika ia sudah menjadi istri Anda. Jika Anda tiba lebih dulu di rumah dari kantor, tidak ada salahnya membersihkan rumah dan memberi kejutan yang menggembirakan untuk istri.


5. Makan Malam
Bagi seorang istri yang sibuk bekerja dari pagi hingga sore hari, menyiapkan makan malam mungkin merupakan beban yang membuatnya malas memasak di dapur.
Meskipun Anda tidak pandai memasak, tapi menyambutnya dengan menu masakan Anda di depan pintu masak, dijamin membuatnya bahagia, karena menurutnya Anda rela bekerja keras dan sangat pengertian.


6. Komunikasi
Wanita adalah makhluk yang senang berbicara. Mereka tahu Anda mencintainya, tapi mendengar langsung dari mulut Anda akan sangat membahagiakannya. Katakan padanya jika ia terlihat cantik dan sangat seksi. Hal itu akan membuat perasaan mereka senang.
Ketika wanita disebut seksi, ia pun akan berpikir dan bertingkah seksi, meskipun sebelumnya tidak. Katakan bahwa masakannya lezat, ucapkan terima kasih karena telah mengantar anak-anak ke sekolah atau mencuci bak mandi. Biarkan ia tahu bahwa Anda melihat usahanya dan berterima kasih untuk itu.


7. Konsistensi
Hal ini bukan berarti Anda harus menjadi pribadi yang membosankan dan gampang ditebak. Maksudnya yaitu, coba dan usahakanlah memberinya dukungan dan cinta secara konsisten dan dengan energi yang tidak ada habisnya agar ia merasa nyaman.


8. Tekad Yang Kuat
Memiliki tekad yang kuat berarti Anda harus siap memperjuangkan apapun demi pasangan Anda. Hal ini tidak harus dengan melakukan hal-hal besar, cobalah memperhatikan hal-hal kecil seperti mendengarkannya ketika berbicara.


9. Humor dan Rasa Malu
Dua sifat ini saling berhubungan, artinya memiliki rasa humor harus dibatasi rasa malu. Wanita memang senang memiliki pasangan yang lucu dan humoris, tapi mereka tidak ingin pasangannya berbuat hal yang memalukan di depan umum.


10. Tantangan
Wanita yang merasa termotivasi dan mendapat kejutan dari pasangan mengaku merasa hidupnya lebih bahagia. Berdasarkan hasil poling, wanita lebih bahagia ketika mendapatkan dorongan dari pasangannya untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karena ia akan merasa tertantang untuk bisa mencapai tujuan itu
»»  READMORE...

10 Hal yang diharapkan pria dari pasangannya

Siapa bilang pria hanya menilai wanita dari fisiknya? Inilah yang sesungguhnya diharapkan para pria dari pasangan.





pasangan  



1. Pendengar yang baik
Pria membutuhkan tempat untuk mengeluarkan seluruh uneg-uneg dan pendapatnya. Ada kalanya dia hanya ingin didengarkan dan tak mengharapkan pendapat apa pun. Jadilah pendengar yang baik. Jangan menghakimi apa yang menjadi sudut pandangnya. Cobalah mengerti isi hatinya.


2. Spontanitas
Menjadi wanita bukan berarti Anda harus selalu dalam posisi “menunggu”. Pria juga ingin mendengar dan merasakan perasaan cinta Anda yang spontan. Jadi sesekali ungkapkanlah perasaan cinta Anda yang mendalam padanya.


3. Peraih impian
Wanita yang memiliki cita-cita dan mimpi, serta berusaha keras untuk mewujudkannya merupakan hal yang membuat pria tertarik. Ambisi tak hanya milik para pria. Jadi jangan takut untuk mengungkapkan keinginan dan impian Anda di depan pasangan.


4. Memiliki nafsu makan
Mungkin hal ini membingungkan. Tapi sesungguhnya, melihat Anda menyantap makanan dengan lahap juga membuat pria merasa tertarik. Para pria tak ingin merasa direpotkan dengan segala pantangan diet Anda. Melihat Anda menyantap dengan semangat apa saja yang tersedia di meja makan, justru membuatnya merasa bahagia.


5. Wanita yang mahir memasak
Terdengan kuno memang, tapi ungkapan “Menangkan hati pria lewat perutnya” masih tetap berlaku di era modern ini. Senikmat apa pun menu yang tersaji di restoran, pria merasa lebih bahagia dan dihargai jika wanita yang dicintainya memasak untuk dirinya


6. Apa adanya
Jangan sibuk memakai make-up tebal atau menyembunyikan sifat asli Anda dibalik keanggunan yang dibuat-buat. Justru dia lebih tertarik pada sifat Anda yang apa adanya. Tak perlu menahan tawa besar Anda didepannya. Tak perlu juga menahan diri mengungkapkan pendapat yang bertolak belakang dengan pendapatnya. jadilah diri Anda yang sesungguhnya.


7. Berkompromi
Beda pandangan dan pendapat adalah hal biasa. Namun wanita yang mau berkompromi, itulah yang luar biasa. Jangan selalu memaksakan kehendak Anda pada pasangan.


8. Lucu dan bisa menerima lelucon
Wanita yang memiliki selera humor yang baik memiliki nilai tambah di mata pria. Jangan cepat ngambek saat Anda dan dia tengah bercanda. Jadilah wanita yang menyenangkan.


9. Mandiri
Walau pria suka berlaga bak pahlawan, bukan berarti Anda terus menerus menggantungkan diri padanya. Wanita tangguh yang mandiri lebih menarik perhatian para pria.


10. Kuat
Bukan berarti Anda tak boleh menangis di depannya. Wanita yang kuat bukan wanita yang menyembunyikan air matanya, melainkan wanita yang mampu bangkit setelah air matanya tumpah. Wanita yang bisa menunjukkan bahwa ia mampu berdiri di tengah keterpurukan.
»»  READMORE...

Cara Mengatasi Kegelisahan Bagi Pasangan Jarak Jauh




Percintaan akan lebih rentan dijalani manakala pasangan harus berpisah atau tidak dalam jangkauan satu wilayah. Kendati teknologi telah canggih dan munculnya beberapa media sosial yang dapat dimanfaatkan sebagai pelancar komunikasi justru seakan memeiliki efek bumerang tersendiri.
Tengok saja kecanggihan kemunculan beberapa smartphone saat ini. Mungkn sejenak mampu menghapus jarak ketika komunikasi begitu lancar tak kenal waktu. Adakah indikasi kesetian Dia kepada Anda mampu terjaga? Manakala ia mampu berkomunikasi juga dengan yang lainnya, senyaman dan semudah berkomunikasi dengan Anda dengan kecanggihan alat yang ada.
Selain itu media sosial yang juga mampu merekatkan kemesraan yang Anda bina seringkali juga begitu mudahnya mematahkan jalinan kasih yang terangkai sedemikian lama. Lihatlah kasus salah paham karena tulisan perasaan atau komentar orang lain yang mengundang kecemburuan. Akibatnya tak sedikit orang berubah untuk menepis kepercayaan dan memupuskan hubungan.
Padahal media dan alat diciptakan semata bertujuan untuk mempermudah komunikasi, terutama bagi mereka yang berpisah sementara waktu. Ada kalanya perpisahan semacam ujian. Ketika Anda dan pasangan mampu melewatinya maka akan timbul semacam kelayakan untuk meneruskan hubungan dan mengikuti episode ujian selanjutnya. Jika tidak, maka itu sinyal bagi Anda untuk segera berbenah dan menemukan yang lain yang lebih baik. Meskipun demikian kadang pula masing-masing pihak melakukan kesalahan yang dapat memicu rasa kurang nyaman. Pada titik tersebut, jangan ragu meminta maaf. Hal tersebut akan menunjukkan bahwa Anda adalah pasangan yang mengerti dan itu merupakan salah satu dari hal-hal dasar dalam pernikahan.
Bagi Anda yang mungkin sedang mengikuti dan menjalani percintaan jarak jauh, mungkin beberapa saran berikut dapat mengatasi kegelisahan dan beberapa masalah yang seringkali muncul ketika jarak memisahkan.


Kepercayaan
Yang paling penting dari segala aspek adalah kepercayaan. Hal ini adalah hal tersulit untuk dijaga dan paling rawan hilang begitu saja ketika komunikasi terputus untuk sementara waktu. Begitu rentannya jarak, maka diperlukan fondasi kepercayaan yang kuat untuk membangun sebuah hubungan yang kokoh. Ketika Anda telah menanamkan kepercayaan, maka Anda sanggup mengatasi badai apapun termasuk dengan berpisah secara fisik.
Menjaga komunikasi mampu meningkatkan rasa kepercayaan. Tentu saja komunikasi yang berkualitas dan dua arah. Sebaiknya Anda sedikit mengabaikan beberapa keluhannya dalam beberapa media sosial. Bisa jadi hal tersebut hanya sebagai lampiasan sementara kerinduan pasangan, atau keluhannya mengenai hidup yang terasa berat ketika terpisah jarak dengan Anda. Kesabaran selalu sibutuhkan untuk menjalani hubungan ini.


Manfaatkan teknologi 
Gunakan teknologi yang ada dengan baik. Misalnya percakapan video atau rutin berkirim pesan. Hindari membuat masalah dengan menuliskan sesuatu yang dapat memancing kecurigaan pasangan. Mungkin Anda perlu menerangkan maksud tulisan Anda pada pasangan yang memiliki sifat kekanakan. Atau setidaknya buatlah status lucu yang menyenangkan agar hubungan Anda dengan pasangan lebih awet dan terhindar dari pertengkaran yang disebabkan hanya masalah kecil tersebut.


Dukungan moral bagi pasangan 
Hal lain yang penting adalah berikan ia dukungan moral setiap saat terutama pada saat terberatnya misalnya ketika a menghadapi ujian. Hal ini akan sangat membantunya untuk kembali bersemangat, terlebih jika Anda orang yang dicintainya mendukungnya. Selain itu hal ini dapat membuat hubungan Anda semakin erat. Ini merupakan salah satu cara ungkapkan cinta tanpa kata. Baik itu lama atau sebentar, setiap pasangan tak akan mungkin hidup selamanya bersama. Barangkali karena urusan pekerjaan dan beberapa alasan khusus, beberapa pasangan akan berpisah sementara waktu. Anda tak perlu cemas dan khawatir. Semua akan membaik jika Anda mampu dengan sabar melewatinya. Pastikan Anda melakukan beberapa saran diatas.



Sumber : http://www.landscappist.com/2012/05/tips-bagi-pasangan-jarak-jauh.html
»»  READMORE...

9 Tips Agar Tetap Setia Pada Pasangan

Tak mudah memang setia terhadap pasangan. Banyak yang harus dilakukan agar Anda berdua bisa tetap bahagia menjalani hubungan dengan dasar kesetiaan. Apa saja?


1. TANPA PAMRIH
Hal yang perlu Anda sadari dalam mencintai pasangan adalah “memberi dengan tulus.” Cinta adalah ketulusan hati. Untuk itu, tidak selayaknya menyelipkan pamrih demi keuntungan atau kesenangan sendiri. Misalnya, jangan berharap dengan mencintai pasangan, Anda lantas senantiasa harus diperhatikan. Atau, dengan mencintai pasangan, Anda berharap pasangan tidak berbuat kesalahan. Semua itu hanya akan menyakitkan diri Anda.
Ingat, mencintai berarti Anda “hanya” memberi, jadi jangan mengharapkan kembalian. Imbal balik dari pasangan akan datang dengan sendirinya bila Anda tulus mencintainya. Tidak perlu Anda berharap-harap, bukan? Dari rasa tanpa pamrih inilah, Anda akan mampu menjaga hati untuk tetap setia pada cinta Anda. Dari sinilah, Anda akan sanggup membahagiakan pasangan.


2. JANGAN BANYAK MENUNTUT
Jangan cemari hati dan cinta dengan begitu banyak tuntutan. Bahkan, sebaliknya, Anda harus belajar untuk selalu memberi yang terbaik kepada orang lain, termasuk kepada pasangan, melalui cinta Anda. Hanya dengan cinta yang benar, semua itu dapat Anda wujudkan. Sikap seperti ini akan membuat Anda tetap setia kepada cinta Anda, yang tentu berbuah positif dalam hubungan dengan pasangan.
Terlalu banyak menuntut hanya akan berujung pada kepentingan pribadi, sehingga tidak akan mampu menambahkan kedewasaan hubungan. Bahkan, sangat mungkin malah menghancurkan jalinan kasih Anda. Bukankah bila hal ini terjadi, kesetiaan Anda pun akan luntur? Jadi, jangan banyak “menuntut” agar Anda tetap selalu setia kepada cinta dan hubungan Anda berdua.


3. JANGAN TAKUT DIKECEWAKAN
Mungkin ini sangat sulit Anda lakukan. Biasanya, setiap orang selalu menghindari rasa kecewa, dan selalu ingin senang terus. Tidak ada ruang dalam hatinya untuk rasa kecewa atau duka cita. Padahal, kehidupan memiliki banyak sisi yang harus dihayati.
Untuk itu, agar Anda tetap setia kepada cinta Anda, jangan takut dikecewakan! Tidak selamanya pertumbuhan pribadi berasal dari kesuksesan atau kebahagiaan. Adakalanya, Anda harus merasakan kekecewaan akibat hubungan dengan orang lain, termasuk pasangan Anda. Sangat mungkin ada salah paham, cekcok, atau pertengkaran kecil yang tentu akan membuat hati Anda terluka. Namun, jangan takut. Anda dapat mendewasakan diri dari “luka-luka kecil” seperti ini.
Bila Anda sudah mampu menghadapi situasi sulit ini, Anda tetap akan setia terhadap cinta Anda. Cintalah yang akan menghibur Anda dari goresan luka. Cintalah yang akan menyemangati hidup Anda untuk bangkit dari kekecewaan. Jadi, jangan buramkan cinta bila Anda sedang kecewa. Kesetiaan terhadap cinta inilah yang akan terus menguatkan hubungan kasih Anda dengan pasangan.


4. JADILAH PENGHIBUR YANG BAIK
Tempatnya cinta adalah hati. Bila hati sedang terluka, seseorang memerlukan penghiburan. Begitu pula bila hati pasangan Anda sedang berduka, hiburlah dia. Cinta Andalah yang akan menggerakkan diri Anda untuk memberi penghiburan dan penguatan bagi pasangan.
Semua itu dapat Anda lakukan bila Anda memiliki cinta yang bermahkotakan kesetiaan. Anda tidak akan pernah dapat menjadi penghibur yang baik bila cinta Anda tidak Anda bekali untuk “setia di saat duka sedang berkuasa.” Jadi, belajarlah menjadi penghibur yang baik bagi pasangan. Mulailah dari mencintai diri dengan benar dan selalu setialah terhadap cinta Anda. Yakinlah, hubungan kasih bersama pasangan akan semakin mesra dengan suasana penuh penghiburan ini.


5. PAHAMI SEPENUH HATI
Manusia tidak selalu berada dalam situasi yang mudah. Seringkali, pasangan berada dalam situasi sulit dan mungkin Anda pun kesulitan untuk memahaminya. Mungkin ia sedang frustrasi, putus asa, atau gagal. Nah, Anda harus bisa memahami hati pasangan yang sedang terpuruk ini. Pahami dia dengan sepenuh hati, jangan malah terpancing memperburuk suasana batinnya. Misalnya Anda mengomeli kenapa dia bisa gagal, atau menyalahkannya.
Hindari sikap seperti ini. Hanya dengan tetap setia kepada cinta Anda, Anda akan mampu menerima dan memahami suasana hati pasangan. Dengan kesetiaan pula, Anda menginspirasi pasangan untuk sesegera mungkin bangkit dari frustrasinya. Semua itu hanya dapat Anda lakukan dengan cinta, bukan? Jangan sedetik pun meninggalkan cinta Anda dan tetap setialah di dalamnya. Dengan begitu, pasangan akan lebih mencintai Anda karena Andalah yang bisa menjadi penyejuk di saat suasana buruk terjadi.


6. SYUKURI APA YANG TERJADI
Jangan mengeluh dan mengumpat bila Anda sedang gagal, berduka, ataupun kecewa. Ucapkan syukur atas karunia hari-hari Anda yang penuh warna pengalaman hidup. Ucapkan syukur karena semua peristiwa membawa Anda bertumbuh dalam kedewasaan.
Dengan sikap ini, Anda akan dapat tetap setia dalam cinta Anda. Kekalutan hidup tidak akan membuat jiwa Anda kerdil. Bahkan sebaliknya, Anda akan semakin tangguh menghadapi apa pun yang terjadi. Jadi, tetap setialah kepada cinta Anda dengan mensyukuri semua pengalaman hidup Anda. Dari sinilah hubungan kasih dengan pasangan akan semakin kokoh.


7. MANDIRI DALAM PIKIR DAN TINDAKAN
Kemandirian bukan berarti harus memikirkan diri sendiri tanpa memerhatikan orang lain, terutama pasangan hidup. Kemandirian dalam berpikir dan bertindak berarti mengedepankan rasa percaya diri dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, tak perlu menunggu pasangan bertindak ketika Anda harus menentukan sikap terhadap suatu momen penting.
Kemandirian akan membuat Anda dapat tetap setia terhadap pasangan dan diri Anda sendiri. Anda akan semakin yakin bahwa cinta Anda membawa kekuatan diri yang berujung pada sikap positif dalam memandang cinta dan jalinan kasih Anda. Untuk itu, berusahalah untuk mandiri dalam pikir dan tindakan, agar kesetiaan terhadap cinta terus pula berkembang. Hubungan kasih pun akan semakin kuat dan mandiri.


8. TEGUH DALAM HARAPAN
Cinta tanpa pengharapan tentu akan sia-sia. Hidup tak akan pernah bergerak ke depan tanpa pengharapan. Seakan tidak memiliki fokus ke arah yang lebih baik lagi. Anda juga tidak akan dapat menambahkan sedikit demi sedikit makna cinta dalam hidup Anda. Untuk itu, milikilah harapan dan berusahalah untuk selalu untuk mewujudkannya.
Dengan demikian, Anda akan tetap setia kepada cinta Anda; karena harapan Andalah yang mendorongnya. Tanpa setia dalam cinta, Anda tidak akan bergairah dalam mewujudkan harapan-harapan Anda, terutama harapan agar hidup penuh kasih dan sayang dengan pasangan. Jadi, selalu perteguh harapan akan hidup lebih baik dalam cinta dan kehidupan Anda berdua.


9. PADUKAN KATA DAN PERBUATAN
Cinta sebaiknya tak hanya disimpan di bibir semata. Juga, jangan hanya diungkapkan dengan untaian kata yang indah. Padukan kata dan perbuatan, sehingga makna cinta Anda dapat Anda rasakan bersama pasangan. Paduan ini akan menjadi bukti bahwa Anda tetap setia terhadap cinta Anda. Kesetiaan ini membuat hubungan kasih bersama pasangan selalu berada dalam kejujuran dan kepercayaan.
Ini karena Anda selalu setia dan konsisten terhadap ucapan dan perbuatan Anda. Dengan demikian, Anda berdua akan benar-benar menikmati kesetiaan dengan sepenuh hati. Tidak ada kekhawatiran akan terjadi kebohongan.


Sumber : http://simut99.wordpress.com/2009/12/06/9-tips-agar-tetap-setia-pada-pasangan/
»»  READMORE...