Sometimes and Always
oleh: Wulanai
Sudah hampir berjam-jam aku duduk diatas pohon besar di halaman belakang rumahku. Tidak
jelas pohon apa ini. Yang jelas pohon ini ukurannya besar dan sudah ada
sejak pertama kali aku tinggal dirumah ini. aku memainkan harmonika
pemberian nenek kemarin asal-asalan. Soalnya aku tidak tau cara
memainkkanya. Dan aku heran kenapa nenek memberikannya pada ku.
''Rey! ayo turun! Disuruh sama ibumu! Soalnya udah sore!''
Aku menengok kebawah. Oh ternyata Sarah. Sepupuku yang setiap liburan
musim panas, pasti akan berkunjung kemari. Dia pergi kemari bersama
ibunya.
''hah??'' ucapku pura2 tak dengar. ''turuuuuunn!!'' teriaknnya
terdengar kesal. Aku terkikik geli. ''aku tidak bisa mendengarmu,
sarah! Suara mu kecil sekali!''
''Turunnnnnnn!! kamu tuli ya?!''
''hah? Guruuunn??''
''Rey!!!''
''hahahaha iya iya'' aku turun dari pohon sambil tertawa-tawa. Saat
kakiku sudah menginjak tanah, Sarah mencubit lenganku kuat. Aku
berteriak kesakitan. ''Rasain!'' ucapnya jutek.
''aku tuh capek tau manggil kamu, teriak-teriak kaya orang gila, tapi kamu malah pura2 ga dengar!''. Sarah ngerocos.
''Terussss????'' ucapku gak peduli sambil berjalan memasuki rumah. Sarah mendengus kesal lalu ia mengekorku dibelakang.
Dan tiba-tiba saja ide busukku kembali muncul. Aku mempercepat langkahku
ke arah pintu belakang. Dan setelah sampai diambang pintu, aku
malambaikan tanganku ke arah Sarah. kemudian aku menutup pintunya, lalu
menguncinya.
''REEEYYY!!''
aku tersenyum penuh kemenangan.
****
Rey sialan. Aku terpaksa masuk kedalam melewati pintu depan. Kenapa sih
dia selalu saja menjahiliku setiap aku datang kemari. Tingkahnya Tidak
pernah berubah. Masih saja kaya anak kecil padahal umurnya kan sudah 16
tahun.
Saat aku masuk kedalam rumah, aku melihat dia sedang merebahkan tubuhnya
di atas sofa sambil memejamkan matanya. Karena masih kesal, aku
mendatanginya diam-diam lalu menjewer telinganya.
tapi belum sempat aku menjewer telinganya, dia sudah menepis tanganku duluan.
''walaupun mataku tertutup, aku bisa membaca gerak gerikmu'' ucapnya
sambil tersenyum sinis. Bagaimana dia bisa tau? Aku benar2 kesal
dibuatnya. lalu akupun ikut2 merebahkan tubuhku disebelahnya. ''kau
menyebalkan!''
Dia terkekeh geli. ''kau mengesankan. Mengesankan untuk dijahili..'' aku
mencubit perutnya lalu beranjak pergi kedalam kamar. Meninggalkan si
anak menyebalkan itu mengumpat-ngumpat kesakitan sendirian.
****
Keesokan paginya, aku terbangun karena Sarah menyiramiku dengan air. Aku
kaget dan langsung marah-marah karena kesal. katanya Sarah lelah
membangunkanku tapi aku tidak bangun-bangun.
''ngapain sih dibangunin?!'' tanyaku kesal
''ibu kamu suruh!''
''ibu kamu suruh''aku membeo.''selalu saja begitu! Kenapa coba mesti pake air?! Liat, kasurnya jadi ikutan basah, kan?''
''aku udah-
''ah terserah. Keluar aja deh kamu!''
Aku mengusirnya. Lalu Sarahpun keluar dari kamarku diakhir dengan
bantingan pintu yg cukup keras. Aku menutup mukaku dengan bantal.
Selesai mandi, aku keluar dari kamar berjalan menuju ruang makan. Tidak
ada siapa-siapa disana. Bahkan diseluruh penjuru rumah ini pun tidak ada
orang. Yang ada hanya kucing persiaanya ibu sedang tergolek malas di
atas sofa ruang tengah.
Tidak tahu mau ngapain, aku pun pergi kehalaman belakang rumah. Memanjat
pohon besar kesayangnku, dan duduk diatas dahannya yang kokoh.
Tapi saat hampir saja aku ingin duduk didahannya, aku terkejut melihat sarah ada disana.
''heh! Ngapain kamu disini?''. Sarah menoleh. ''eh ng... aku penasaran
kenapa kamu suka duduk disini. Makanya aku coba manjat, Dan ternyata
menyenangkan ya!'' ucapnya kaku.
lalu aku naik, dan duduk disebelahnya.
''maaf ya yang tadi pagi...''
Aku melihat kearahnya. Wajahnya tertunduk dalam. ''soalnya kamu gak
bangun-bangun sih...'' lanjutnya sambil sesekali melirikku. Aku tidak
bicara. Hanya diam memandanginya saja.
Sarah salah tingkah.
''ngomong dong Rey.. Jangan diliatin aja''ucapnya terdengar seperti
bisikan diakhir kalimat. Aku terkekeh. Lucu sekali. Baiklah, kali ini
aku berniat untuk menggodanya.
Aku menggeser tubuhku agar lebih dekat dengannya.
''baik..aku memaafkanmu.. Tapi sebagai gantinya, aku meminta sebuah.......ciuman''
Aku mendekatkan wajahku kearahnya. Sepertinya dia kaget setengah mati.
Wajanya memerah seketika. semakin dekat dekat dan semakin dekat. Sarah
makin salah tingkah. Mau menghindarpun kepalanya sudah mentok di batang
pohon. Sebisa mungkin aku menahan agar aku tidak tertawa. Dan akhirnya
saat benar2 sudah terlalu
dekat.......................................fuh! Aku meniup wajahnya.
Lalu menjauhkan diriku dan tertawa terbahak bahak. Mulut Sarah menganga
lebar. ''kena kau! Ha ha ha''
****
Aku malu setengah mati. Aku kira dia benar-benar akan menciumku. aku mengumpat pelan dan menutup wajahku dengan kedua tangan.
''sudah jangan malu begitu...hahaha'' Katanya masih tertawa-tawa. Aku
merasakan tangannya mengacak-ngacak rambutku. Langsung saja ku
menepisnya.
''kau benar2 menyebalkan!!''aku berteriak kesal lalu memuku-mukul
lengannya sekuat yang aku bisa. Entah kenapa aku kesal sekali dengannya.
Aku kesal karena dia menjahiliku sampai sebegitunya. Aku sampai ingin meanangis rasanya.
''sudah!'' Rey berhasil menahan tanganku. ''Sakit tau! Mukulnya kira-kira dong''
aku memasang muka jutek. Lalu berusaha menarik tanganku yang ditahan olehnya. Tapi dia menahannya terlalu erat.
''kayanya marah banget. Minta dicium beneran nih?'' Rey tersenyum jahil,
sambil menaikkan kedua alisnya. pertanyaan yang berhasil bikin
jantungku serasa mau copot.
''a..a..apa?!'' ucapku terbata-bata. ''eng...engak!''
''hayoo ngaku...''. Rey terkikik geli.
''Enggak kok!''
''Bener.....'' Rey medekatkan wajahnya lagi ke arahku. Aku gelagapan. ''R...rey...''
Rey semakin mendekatkan wajahnya ke arah ku. Aku bahkan bisa merasakan
hembusan nafasnya. Semakin dekat dan semakin dekat. Aku memejamkan
mataku erat2. Kenapa aku tidak menolakanya? Aku tidak tau!
Lalu.....................cup. Rey mencium...keningku?
Aku membuka mataku dan melihat Rey yang jarak wajahnya sangat dekat
denganku, dia tersenyum manis sekali. ''Selesai... Jangan marah lagi
yaa...'' katanya sambil melepaskan tanganku yang sedari tadi
digenggamnya. Lalu bergegas turun meninggalkanku sendirian disini.
Sejak kejadian itu, setiap saat aku jadi memikirkannya. Terkadang aku
bahkan sampai tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Terkadang aku
juga suka mencuri-curi pandang ke arah Rey. Dan merasa sangat
membosankan jika Rey sedang tidak ada di rumah.
Dan.... Sejak kejadian itu Rey berubah. Rey tidak suka menjahiliku lagi.
Rey jadi sering tidak ada dirumah. Jika berpas-pasan denganku dia hanya
sekedar menyapaku dengan wajah sok cerianya itu. Dia tidak mengajakku
berbicara. hari berganti hari Rey tidak kunjung berubah seperti dulu.
Aku mulai merindukannya. Merindukkan kejahilannya. Aku tidak tahu kenapa
aku merindukannya. Kenapa aku lebih memilih dia menjahiliku dari pada
tidak peduli denganku. Padahal dulu-nya aku sangat ingin dia berhenti
mengangguku setiap aku pergi berlibur kemari. Besok aku akan pulang.
Soalnya liburan musim panas akan berakhir. Dan kami akan kembali masuk
sekolah. Untuk pertama kalinya aku merasakan musim panas kali ini
terlalu singkat.
***
Aku menarik koperku berjalan keluar rumah. Berjalan mendekati ibuku, ibu
Rey dan Rey yang sudah menungguku dari tadi didepan gerbang.
''baiklah... Taksi yang akan mengantarkan kita ke stasiun kereta sudah
sampai... Kami pamit dulu ya'' ucap ibuku sambil berpelukan dengan
ibunya Rey. Lalu ibuku memeluk Rey. Dan aku memeluk ibunya Rey. Setelah
itu, ibuku berjalan masuk kedalam taksi. Dan sekarang aku sedang
berhadap-hadapan dengan Rey. Rey memelukku. Aku membalasnya. Tapi
terlalu singkat. Soalnya Rey langsung melepaskannya. ''sampai jumpa
diliburan musim panas berikutnya'' katanya lembut. Aku tersenyum tipis.
Lalu merogoh saku celanaku dan memberikannya selembar kertas yang
terlipat dua. Rey menerimanya ragu-ragu dan akupun beranjak masuk
kedalam taksi. Setelah taksi berjalan pergi, sampai aku didalam kereta
api dan sampai aku kembali kerumahku, yang aku fikirkan nya bagaimana
reaksi Rey ketika ia sudah membaca surat itu?
***
''aku pulang!!''. Aku mengusap-usap kedua telapak tanganku karena
kedinginan. Musim Dingin kali ini serasa lebih dingin dari pada musim
dingin sebelumnya.
aku berjalan menuju ruang tengah dan mendapati.......
''Rey???''
''hai sayang, kau sudah pulang? Lihat siapa yg datang, Rey berkunjung
kerumah kita'' ucap ibu senang. ''tapi sayang ibunya tidak bisa datang''
''oh baiklah, karena kau sudah pulang, kau saja yang menemani Rey. ibu mau pergi soalnya ada arisan. Ibu pergi dulu ya..''
Lalu ibuku pergi meninggalkan aku dan Rey dalam keheningan. Lama aku
hanya berdiri, akhirnya aku memutuskan untuk duduk dihadapannya. ''hai''
sapaku canggung. Dia tersenyum
''Well, aku udah baca suratnya.. Maaf, dan teruma kasih..''ucapnya. Dan aku tidak mengerti.
''oh begitu... Apa kabar?''ucapku mengalihkan pembicaraan.
''tidak terlalu baik. kamu?''
''kenapa? Aku baik''
Lama rey hanya diam. Lalu dia berkata pelan ''karena kau tidak ada dirumah..''
''apa?''
''karena kau...ng...aku merindukanmu..'' mendengar itu Aku hampir saja mati kena serangan jatung.
''kau sedang bercanda kan? aku tau itu. Itu kebiasaanmu'' kataku pura-pura tenang.
''kali ini aku serius!''
''lalu kenapa....''
''karena waktu itu aku sedang kacau. Sejak kejadian itu, Aneh rasanya jika aku dekat2 denganmu..''
''aneh?''
''ya..''
Lalu kehingan kembali menghantui kami. Lama sekali.
Tiba2 saja Rey, menggenggam tanganku. Aku menatap kearahnya kaget.
''I love you Sarah. I keep asking my self why it has to be you. it needs
a long time to know that you the most beautiful thing in my life''
''maaf kalo kamarin-kemarin aku hanya diam gak ngomong apa-apa sama kamu. Itu karena aku cuman terlalu takut..''
aku merasa mataku mulai terasa panas.
''kamu gak lagi becanda kan?'' ucpku hampir manangis sangking senangnya.
Rey tertawa. Lalu menggeleng mantap. bangkit dari duduknya. Berjalan ke arahku dan memelukku erat.
''I love you too'' ucapku didalam pelukannya.
''haha aku tau.. kan kamu udah tulis di surat..''
Aku mempererat pelukanku. Menghirup aroma rey dalam-dalam. Melepas kerinduan yang Sudah terpendam lama. Kau dan aku selamanya...
The END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar